π₯οΈ ingin pasang IKLAN ANDA silahkan klik https://www.ledsulbar.site
Q: Apa benar Kecerdasan Artifisial (KA) akan diajarkan sejak SD di Indonesia? Memangnya di negara lain juga ada?
A: Ya, mulai tahun ajaran 2025, mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) akan diajarkan sebagai mata pelajaran pilihan untuk siswa SD kelas 5 hingga SMA kelas 12 di Indonesia.
Secara internasional, pengajaran KA pada tingkat dasar sudah mulai dilakukan di beberapa negara. Contohnya, AI4K12.org menyediakan kurikulum KA yang diajarkan mulai dari kelas 1 SD, yang dikembangkan oleh The Association for the Advancement of Artificial Intelligence dan Computer Science Teachers Association di Amerika Serikat. China juga mulai mengimplementasikan pengajaran KA untuk siswa SD sejak tahun 2025. Beberapa negara lain sedang dalam tahap persiapan atau pengembangan kurikulum serupa agar siswa semakin siap menghadapi dunia digital dan teknologi.
Q: Apa saja materi tentang Kecerdasan Artifisial (KA) yang diajarkan di jenjang SD?Β
A: Di jenjang SD kelas 5 dan 6, fokus pembelajaran KA adalah pada literasi dan etika KA, dengan tujuan:
Memahami konsep dasar cara kerja KA secara sederhana.
Mengetahui manfaat dan dampak KA dalam kehidupan sehari-hari.
Memahami prinsip bahwa KA dikembangkan untuk membantu manusia dan tidak boleh merugikan manusia.
Memahami etika penggunaan KA, termasuk sikap bertanggung jawab dan bijak saat menggunakan teknologi.
Selain teori, siswa akan diajak berinteraksi dengan simulasi KA melalui permainan atau alat edukasi interaktif, seperti:
Teachable Machine (Google) untuk belajar mengenali pola dan klasifikasi benda secara visual.
Code.org untuk latihan logika dan pengkodean yang terhubung dengan konsep KA.
Quick, Draw! (Google) yang melatih pola pikir dan pengenalan gambar oleh mesin.
Q: Apakah di SD diajarkan penggunaan teknik prompting pada KA Generatif (seperti ChatGPT atau Gemini)?
A: Tidak. Pada tingkat SD, siswa TIDAK diajarkan menggunakan prompting untuk KA Generatif yang menghasilkan konten secara otomatis, karena:
Penggunaan prompting memerlukan pemahaman yang lebih kompleks dan literasi digital yang lebih matang.
Konten yang dihasilkan KA Generatif perlu diawasi dan dievaluasi dengan ketat untuk menghindari risiko kesalahan informasi, konten tidak pantas, atau penyalahgunaan. Justru, pendidik harus memastikan siswa SD fokus pada pemahaman dasar, etika, dan eksplorasi melalui simulasi yang aman dan sederhana.
Pengajaran tentang teknik prompting baru diperkenalkan di jenjang SMP atau SMA, dengan pengawasan guru dan pembekalan literasi digital yang memadai.
Q: Bagaimana guru dapat mengimplementasikan pembelajaran KKA di SD dengan efektif?
A: Berikut beberapa tips untuk guru:
Fokus pada literasi dan etika teknologi, bukan sekadar teknis pengkodean atau pemanfaatan KA.
Gunakan alat dan media pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan, yang sudah disesuaikan untuk usia SD, seperti aplikasi simulasi pola atau permainan edukatif.
Menggunakan konsep unplugged dalam pelaksanaan dan juga mengaitkan dengan mata pelajaran lain yang memiliki konsep yang sama.
Jelaskan konsep KA dengan bahasa yang sederhana dan kontekstual, menggunakan contoh sehari-hari yang dekat dengan dunia anak.
Tegaskan pentingnya keamanan data dan informasi pribadi, serta sikap kritis terhadap konten digital.
Hindari penggunaan aplikasi atau layanan KA Generatif yang memungkinkan siswa membuat konten tanpa pengawasan ketat.
Libatkan orang tua untuk mendukung pembelajaran di rumah dengan memberi pemahaman tentang manfaat dan risiko teknologi digital.
Guru dapat mengikuti pelatihan atau workshop yang disediakan untuk mendukung pemahaman dan keterampilan mengajar KKA.
Manfaatkan dengan baik contoh modul ajar dan sumber belajar lain yang direkomendasikan oleh Kemdikdasmen.
Q: Apakah dalam mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) di SD, siswa juga diajarkan materi pemrograman (koding) secara khusus? Bagaimana proporsi antara pembelajaran koding dan KA?
A: Ya, dalam mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) di SD, siswa diajarkan materi dasar pemrograman (koding) yang disesuaikan dengan usia mereka. Pembelajaran koding difokuskan pada konsep logika, algoritma sederhana, dan pemecahan masalah melalui aktivitas yang menyenangkan dan interaktif, seperti menggunakan block coding di platform edukasi (contoh: Scratch atau Code.org).
Sementara itu, aspek Kecerdasan Artifisial (KA) lebih menekankan pada literasi dan etika serta pengenalan konsep dasar KA, tanpa masuk ke teknik yang rumit. Proporsi pembelajaran cenderung seimbang, dengan penekanan di SD lebih banyak pada pengenalan konsep dan logika koding serta pemahaman sederhana tentang KA, agar siswa siap melanjutkan ke materi yang lebih kompleks di jenjang berikutnya.
CATATAN TAMBAHAN:
KA bukan robotisasi atau penggantian manusia, melainkan alat bantu teknologi. Guru perlu menekankan bahwa KA membantu manusia melakukan pekerjaan lebih efisien, bukan menggantikan.
Pembelajaran KA di SD bukan untuk membuat siswa menjadi ahli teknologi, tapi untuk membekali mereka memahami dan menggunakan teknologi secara bijak.
Guru tidak perlu khawatir jika belum memiliki latar belakang teknis KA, karena materi di SD lebih ke literasi dan etika yang dapat diajarkan dengan pendekatan sederhana dan alat bantu interaktif.
Jika memang mau menggunakan platform daring, maka harus dipilih yang aman, ramah anak, dan sesuai kurikulum (selain dari platform yang sudah direkomendasikan).